RSS

Mengenang Usman & Harun (1)

10 Mar

marinir

Berikut adalah sebuah kisah tentang 2 orang anggota marinir yang bergabung dalam operasi A, yang kisahnya tertelan oleh jaman… Artikel ini telah mengalami editing dari artikel aslinya…

JANATIN alias USMAN
Masa Kecil
Pada masa penjajahan Jepang, di desa Tawangsari Kelurahan Jatisaba Kabupaten Purbalingga, lahirlah seorang bayi bernama Janatin, tepatnya pada hari Minggu Kliwon tanggal 18 Maret 1943 pukul 10.00 pagi. Janatin lahir dari keluarga Haji Muhammad Ali dengan Ibu Rukiah yang kemudian dikenal dengan nama Usman, salah seorang Pahlawan Nasional.

Memasuki Kehidupan Militer
Dengan dikomandokannya Trikora pada tanggal 19 Desember 1961 di Yogyakarta oleh Presiden Sukarno, mulailah konfrontasi total terhadap Belanda. Guna menyelenggarakan operasi-operasi militer untuk merebut Irian Barat, maka pada tanggal 2 Januari 1962 Presiden/Pangti ABRI/Panglima Besar Komando Tertinggi Pembebasan Irian Barat mengeluarkan keputusan No. 1 tahun 1962 membentuk Komando Mandala yang bertanggung jawab atas segala kegiatan Operasi ABRI serta Sukarelawan.

Masalah Trikora berkumandang di seluruh pelosok tanah air, telah memanggil segenap lapisan masyarakat dan membangkitkan hati semua pemuda untuk menyumbangkan tenaga dalam pembebasan wilayah yang masih dikuasai Belanda. Kesempatan inilah membuka pintu bagi Janatin untuk memasuki dinas militer, seperti pemuda lainnya dari pelosok tanah air. Sehingga dalam waktu yang singkat berbondong-bondong pemuda Indonesia mendaftarkan diri untuk menjadi Sukarelawan, dan salah seorang yang terpanggil adalah Janatin.

Pada saat itu Janatin sudah menduduki SMP kelas tiga ialam kwartal terakhir. Karena panggilan hatinya yang bergelora ingin menjadi ABRI, maka setelah menyelesaikan pendidikan, Janatin mendaftarkan menjadi ABRI. Sebelumnya ia memang nengagumi angkatan Bersenjata. Hal ini terlihat dari perhatian Fanatin kepada kakaknya yang berdinas di Militer. Bila kakaknya pulang, selalu mendapat perhatian dari Janatin, baik dari pakaian seragam, sikap,dan geraknya. Begitu pula setiap melihat anggota ABRI baik tetangga se desa
ataupun kenalan selalu menjadi perhatian baginya. pengaruh inilah yang mengilhami dirinya sehingga ingin menjadi seorang militer.

Semula maksud Janatin tidak mendapat restu dari bapaknya, orangtuanya mempunyai pandangan lain, menghendaki agar anaknya melanjutkan sekolah yang lebih tinggi. Haji Muhammad Ali mengharapkan anaknya tidak memasuki dinas militer, beliau sudah merasa cukup karena ketiga kakaknya sudah menjadi ABRI, sedangkan Janatin biarlah mencari pekerjaan yang lain. Namun karena kemauan keras yang tidak dapat dibendung, ia berusaha mendapatkan restu dari ibunya. Akhirnya Janatin mendapat restu dari orangtuanya untuk memasuki dinas militer.

Janatin pada tahun 1962 mulai mengikuti pendidikan militer di Malang yang dilaksanakan oleh Korps Komando Angkatan Laut. Pendidikan ini dilaksanakan guna pengisian personil yang dibutuhkan dalam menghadapi Trikora. Karena itulah Korps Komando Angkatan Laut membuka Sekolah Calon Tamtama (Secatamko), lamanya pendidikan enam bulan dan Janatin termasuk siswa angkatan ke – X . Setiap siswa selesai melakukan pendidikan dan latihan pendidikan amphibi dan perang hutan. Pendidikan ini merupakan kekhususan bagi setiap anggota Korps Komando Angkatan Laut.

Pendidikan Calon Tamtama dilaksanakan bertingkat. Pendidikan dasar militer dilakasanakan di Gunung Sahari. Pendidikan Amphibi dilaksanakan di pusat latihan Pasukan Pendarat di Semampir. Pada akhir seluruh pendidikan diadakan latihan puncak di daerah Purboyo Malang selatan dalam bentuk Suroyudo. Di sinilah letaknya pembentukan disiplin yang kuat, ketangguhan yang luar biasa, keberanian yang pantang menyerah serta membentuk kemampuan fisik di segala medan dan cuaca, merupakan Pembentukan Pendidikan Korps Komando Angkatan Laut. Semua pendidikan ini telah diikuti oleh Janatin sampai selesai, sehingga ia berhak
memakai baret ungu.

Berkat pendidikan dan latihan yang diperoleh selama memasuki militer, Janatin tubuhnya menjadi tegap, kekar, pikirannya tambah jernih, korek, yang lebih penting lagi ia terbina dalam disiplin yang tinggi, patuh, taat dan tunduk kepada perintah atasannya.

Janatin pada bulan April 1964 dengan teman-temannya mengikuti latihan tambahan khusus di Cisarua Bogor selama satu bulan. Mayor KKO Boedi Prayitno dan Letnan KKO Harahap masing-masing sebagai Komandan latihan dan wakilnya. Dalam pendidikan khusus ini dibagi dalam 13 Tim, sedangkan materi yang diberikan antara lain: Inteljen, kontra inteljen, sabotase,Demolisi, gerilya, perang hutan dan lain-lain. Dengan bekal dari latihan di Cisarua ini, diharapkan dapat bergerak di daerah lawan untuk mengemban tugas nanti.

TOHIR alias Harun
Masa Kecil
Sekitar 15 kilometer sebelah utara kota Pahlawan, Surabaya, tampaklah dari kejauhan sebuah pulau kecil yang luasnya kira kira 4 kilometer persegi, pulau Bawean. Tanggal 4 April 1943, lahirlah seorang anak laki-laki yang bernama Tohir bin Said. Tohir adalah anak ketiga dari Pak Mandar dengan ibu Aswiyani, yang kemudian terkenal menjadi Pahlawan Nasional dengan nama Harun.

Memasuki Dunia Militer
Dalam Tim Brahma I dibawah Letnan KKO Paulus Subekti Tohir memulai kariernya sebagai anggota KKO AL. Ia mulai masuk Angkatan Laut bulan Juni 1964, dan ditugaskan dalam Tim Brahma I di Basis II Ops A KOTI. Di sini ia bertemu dengan Usman alias Janatin bin H. Mohammad ALI dan Gani bin Aroep. Ketiga pemuda ini bergaul cukup erat, lebih-lebih setelah mereka sering ditugaskan bersama sama.

Setelah Tohir memasuki Sukarelawan ALRI, yang tergabung dalam Dwikora dengan pangkat Prajurit KKO II (Prako II) dan mendapat gemblengan selama lima bulan, di daerah Riau daratan, pada tanggal 1 Nopember 1964. Kemudian pada tanggal 1 April 1965 dinaikkan pangkatnya menjadi Kopral KKO I (Kopko I).

Selesai mendapatkan gemblengan di Riau daratan sebagai Sukarelawan Tempur bersama-sama rekan-rekan lainnya, ia dikirim ke Pulau Sambu. Hingga beberapa lamanya rombongan Tohir dan kawan-kawannya yang tergabung dalam kesatuan A KOTI Basis X melaksanakan tugas di Pulau Sambu. Tohir sendiri telah ke
Singapura beberapa kali, dan sering mendarat ke Singapura menyamar sebagai pelayan dapur, ia ke sana menggunakan kapal dagang yang sering mampir ke Pulau Sambu untuk mengisi bahan bakar.

Tohir yang mirip-mirip Cina itu ternyata sangat menguntungkan dalam penyamarannya. Bahasa Inggris, Cina dan Belanda yang dikuasai dengan lancar telah membantu pula dalam kebebasannya untuk bergerak dan bergaul di tengah-tengah masyarakat Singapura yang mayoritas orang Cina.

PERTEMUAN USMAN HARUN DALAM OPERASI DWIKORA
Baru saja TNI AL selesai melaksanakan tugas-tugas operasi dalam mengembalikan Irian Barat ke wilayah kekuasaan RI, timbul lagi masalah baru yang harus dihadapi oleh seluruh bangsa Indonesia, dengan dikomandokannya Dwikora oleh Presiden Sukarno pada tanggal 3 Mei 1964 di Jakarta. Komando
tersebut mendapat sambutan dari lapisan masyarakat termasuk ABRI. Hal ini terbukti bahwa rakyat Indonesia berbondong-bondong mendaftarkan diri sebagai sukarelawan Dwikora sehingga mencapai jumlah 21 juta sukarelawan.

Penggunaan tenaga sukarelawan ini membawa dampak yang besar. Dilihat dari segi positifnya memang sangat menguntungkan, karena perang yang akan dihadapi tidak secara frontal, sehingga akan membingungkan pihak lawan.Tetapi dari segi negatif kurang menguntungkan, karena apabila sukarelawan
itu tertangkap ia akan diperlakukan sebagai penjahat biasa, jadi bukan sebagai tawanan perang di lindungi oleh UU Perang. Jika Sukarelawan itutertangkap oleh lawan, resikonya disiksa secara kejam.

Untuk melindungi Operasi tersebut di atas, KOTI kemudian memutuskan untuk mempergunakan tenaga-tenaga militer lebih banyak guna mendampingi sukarelawan-sukarelawan tersebut, memperkuat kekuatan Sukarelawan Indonesia di daerah musuh.

Untuk mendukung Operasi A. KKO AL mengirimkan 300 orang anggota yang terdiri dari Kopral sampai Perwira. Sebelum melaksanakan Operasi A. mereka diwajibkan mengikuti pendidikan khusus di Cisarua Bogor. Selesai latihan mereka dibagi dalam tim-tim dengan kode Kesatuan Brahma dan ditugaskan di daerah Semenanjung Malaya (Basis II) dan di Kalimantan Utara (Basis IV).

Yang dikerahkan di Semenanjung Malaya terdiri dari tim Brahma I beranggotakan 45 orang, tim Brahma II 50 orang, tim Brahma III 45 orang dan tim Brahma V 22 orang. Semenanjung Malaya (Basis II) dibagi beberapa Sub. Basis:
1. Sub Basis X yang berpangkalan di P. Sambu dan Rengat dengan sasaran Singapura.
2. Sub. Basis Y dengan sasaran Johor bagian barat dan Pangkalan Tanjung Balai.
3. Sub. Basis T yang berpangkalan di P. Sambu dengan sasaran Negeri Sembilan, Selangor dan Kuala Lumpur.
4. Sub. Basis Z dengan sasaran Johor bagian timur.

Sedangkan Tugas Basis II:
1. Mempersiapkan kantong gerilya di daerah lawan.
2. Melatih gerilyawan dari dalam dan mengembalikan lagi ke daerah masing-masing.
3. Melaksanakan demolision, sabotase pada obyek militer maupun ekonomis.
4. Mengadakan propaganda, perang urat syarat
5. Mengumpulkan informasi.
6. Melakukan kontra inteljen.

Dalam operasi ini Janatin/Usman melakukan tugas ke wilayah Basis II. A Koti, ia berangkat menuju Pulau Sambu sebagai Sub Basis dengan menggunakan kapal jenis MTB. Kemudian menggabungkan diri dengan Tim Brahma I di bawah pimpinan ten Paulus Subekti yang pada waktu itu menyamar dengan pangkat Letkol
KKO – AL dan merangkap menjadi Komandan Basis X yang berpangkalan di Pulau Sambu Riau. Ketika Usman menggabungkan dengan kawan-kawannya, ia berkenalan dengan Harun dan Gani bin Arup, mereka ini merupakan sahabat yang akrab dalam pergaulan. Dalam tim ini Usman dan Harun mendapat tugas yang sama
untuk mengadakan sabotase di Singapura.

Meskipun Usman bertindak sebagai Komandan Tim dan usianya sedikit lebih tua dari Harun, demikian pula ia lebih banyak berpengalaman dalam bidang militer, tetapi ia mengakui masih kurang pengalaman dalam wilayah Singapura. Oleh karena itu dalam melaksanakan tugasnya di Singapura, ia lebih banyak memberikan informasi kepada Usman. Harun telah hafal betul tentang keadaan dan tempat-tempat di Singapura, karena Harun pernah tinggal di sana. Tetapi sebagai seorang militer, mereka masing-masing telah mengetahui apa
tugas-tugas mereka sebagai Komandan dan bawahan.

Karena ketatnya penjagaan daerah lawan dan sukar ditembus maka satu-satunya jalan yang ditempuh ialah menyamar sebagai pedagang yang akan memasukkan barang dagangannya ke wilayah Malaysia dan Singapura. Usaha tersebut kelihatan membawa hasil yang memuaskan, karena dengan jalan ini anggota
sukarelawan berhasil masuk ke daerah lawan yang kemudian dapat memperoleh petunjuk yang diperlukan untuk melakukan tindakan selanjutnya. Dari penyamaran sebagai pedagang ini banyak diperoleh data yang penting bagi para Sukarelawan untuk melakukan kegiatan. Dengan taktik demikian para Sukarelawan telah berhasil menyusup beberapa kali ke luar masuk daerah musuh.

Untuk memasuki daerah musuh agar tidak menimbulkan kecurigaan lawan, para sukarelawan menggunakan nama samaran, nama di sini disesuaikan dengan nama-nama dimana daerah lawan yang dimasuki. Demikian Janatin mengganti namanya dengan Usman dan disambungkan dengan nama orang tuanya Haji
Muhammad Ali. Sehingga nama samaran ini lengkapnya Usman bin Haji Muhammad Ali. Sedangkan Tohir menggunakan nama samaran Harun, dan lengkapnya Harun bin Said. Dengan nama samaran ini Usman, Harun dan Gani melakukan penyusupan ke daerah Singapura untuk melakukan penyelidikan dan pengintaian
tempat-tempat yang dianggap penting.

Sedangkan di front belakang telah siap siaga kekuatan tempur yang setiap saat dapat digerakkan untuk memberikan pukulan terhadap lawan. Kekuatan ini terus bergerak di daerah sepanjang perbatasan untuk mendukung para Sukarelawan yang menyusup ke daerah lawan dan apabila perlu akan memberikan
bantuan berupa perlindungan terhadap Sukarelawan yang dikejar oleh musuh di daerah perbatasan.

Copyright Korps Marinir
Sumber: Polar home

 
 

Tags: , ,

6 responses to “Mengenang Usman & Harun (1)

  1. riorino

    February 28, 2010 at 4:59 am

    BRAVO TO INDONESIAN MARINE CORPS, STRONG AND SMARTEST

     
  2. Ir.Usman Silalahi

    August 19, 2010 at 2:17 pm

    JASMERAH=JAngan Sekali-kali Melupkan sejaRAH , berbekal dengan dasar pengetahuan sejarah ini kita harus mengembangkan intuisi yang nilai juangnya hampir sama atau lebih dari itu. Tapi semuanya masih dalam koridor UUD 45 yaitu membawa bangsa menuju masyarakat ADIL,Makmur dan Sentosa/Sejahtra.
    Tiga thn saya menjadi THL-TBPP di BP2KP Asahan yang dinaungi oleh kementrian pertanian Indonesia, karena gaji yg saya terima dari negara saya mencoba membangun suatu konsep bagaimana terjadi pembangunan wilayah dengan pola perkawinan antara BOTTON UP dan pola TOP DOWN. Kemudian komoditas pertanian yang selama ini selalu memberi nilai marjin yang kecil kepada petani ( Bila harga komoditas naik biasanya disertai naiknya saprodi) (Bila hasil panen berlimpah harga komoditas turun)sehingga mayoritas petani sulit menaikkan pendapatannya.Kenyataanya perkembangan jaman dan jaman revolusi informasi situasinya menawarkan kebutuhan-kebutuhan sekunder yang menggiurkan. Situasi ini menyebabkan mereka selalu merasa miskin. Perjuangan sekarang adalah berjuang untuk menaikkan pendapatan disertai pemahaman kesejahtraan. Solusi alternatif adalah kemauan pemerintah untuk membangunkan kelembagaan desa seperti BPD dan LPM bangun dari tidur ,menjadi dinamisator munculnya pelaku-pelaku usaha di desa. Masyarakat akan memahami pertumbuhan demokrasi yg positif dengan melihat nyata sepak terjang kelembagaan desa tersebut untuk membangun desanya.Mediator atau amunisi kelembagaan ini di bina sebua KUR yang akuntable setiap satu desa.Kelemahan KUD masa lalu sudah dapat dieliminer dengan teknologi informasi yg ada sekarang(Botton UP) di sisi lain pemerintah memfasilitasi POS Penyuluhan Desa(UU No16/2006)sebagai fasilitator untuk membangun jiwa enterpreneurship dan kelembagaan.(Botton Up) Taman Bacaan C.Agribusinis mutlak harus ada di desa. Fasilitas ini solusi untuk menaikkan kwalitas pendidikan dan biayanya murah.Penyuluh dan petugas dari instansi terkait menjadi guru bagi petani dan keluarganya. Untuk menjadikan petani adalah subjek dari pasar maka untuk wilayah Asahan harus dimulai suatu pengembangan wilayah mempunyai potensi wisata.
    Uang tidak bisa dimakan tetapi peredaran uang akan biasa membuat masyarakat makan.Mengenang perjuangan Usman&Harun dan mengingat keingana Bapak President SBY untuk mengembangkan IMT (Indonesia-Malaysia-Thailand) maka sudah saatnya pemerintah daerah Asahan dari ikon KERANG menjadi Ikon SUNGAI ASAHAN menjadi jalur wisata maulai dari Bangkok- P.Pinang-Simpang Empat/Potklang-Simpang Empat TG.Balai-Bandar Pulau(ArungJeram)-Porsea(Sigura-gura)-Balige(Danau Toba&P.Samosir)-Tarutung(Air soda)-Sibolga (Gua Jepang&Pantai pandan)-P.Nias(Slancar air).Andaikan saya masih masih dikasih Tuhan umur dan kesehatan untuk melihat mataharI, Maka dari segala sisi yang bisa kuperbuat semampuku akan ku perbuat.
    Hidup hanyalah kenangan .
    Semoga Bapak SBY tetap sehat dan tegar dalam mengahadapi masalah. Karena Hidup adalah masalah, mudah- mudahan TUHAN menyertai Bapa mengatasi masalah negara kita sehinga menghasilkan buah yang dapat dinikmati rakyat seperti saya ini. (Semoga tidak sia-sia pengorbanan Usman & Harun)

     
  3. M.Redzuan

    November 7, 2010 at 2:38 pm

    Salam keamanan…(MALAYSIA)
    berdasarkan info yang aku dapat, isu ganyang malaysia tercetus apabila malaysia ingin mengambil sabah dan serawak sebagai salah satu negerinya.. betul??(betilkan jika ku tersalah)
    keputusan berdasarkan undi menunjukkan rakyat sabah dan serawak ingin bersatu dengan malaysia.
    terdapat perjanjian yang mana mengikat sabah dan serawak kepada indonesia.. betul?
    berdasarkan dua ini, kedua2 nya sama kukuh, namun mana lebih menguntungkan?(penduduk sabah dan serawak)
    terdapat beberapa persoalam yang ingin ku tanya..
    1. pernahkah rakyat singapura membunuh rakyat indonesia?
    2. apabila seseorang melakukan pembunuhan tampa sebab(undang2)@ membunuh orang awam yang tidak bersalah, bukankah dia lebih layak digelar sebagai penjenayah
    3. bukankah negara yang menyerang itu lebih dianggap “penjahat”.(sbg contoh belanda menyerang kepulauan sumatera@indonesia utk merampas kekayaan tempat tersebut ataupun amerika menyerang viatnam atau israel merampas palestin)

    bagiku sebagai rakyat malaysia, wira adalah orang yang mempertahankan kedaulatan agama,bangsa dan negara dari musuh, bukanya orang yang membunuh orang awam tampa sebab.

    sekiranya hal harun dan usman dari sudut mata dunia(bukan dari pandangan negara), trnyata mereka adalah penjenayah sama isunya israel dan amerika

    aku harap diperjelaskan padaku andaikata pandanganku ini salah. terima kasih

     
  4. shine

    November 11, 2010 at 12:39 pm

    salut untuk kedua pahlawan Indonesia janatin dan harun…
    mungkin kisah ini kurang populer untuk bangsa sekarang.. namun Jasa-jasa kalian untuk Negri tercinta Indonesia tidak boleh dilupakan.. kalian Pahlawan kami.. sang Pembela negara sejati..

     
  5. amierruddin, sh

    February 9, 2014 at 8:09 am

    Gugur dalam menunaikan tugas ! mereka adalah Pahlawan Bangsa Indonesia !

     
  6. Anak Perbatasan

    February 13, 2017 at 10:19 pm

    Maaf M.Redzuan…..! anda tidak tahu pasti SECARA DETAlL cerita kisah Ketiga Pahlawan ini. maka Anda wajar berpendapat seperti itu. tapi kalau tahu ceritanya secara detail dan kenapa mereka melakukan hal itu maka kamu pasti akan mengatakan BENAR mereka adalah PAHLAWAN. salam…dari anggota keluarga terdekat GANI. (bukti berkas-berkas ada pada kami)

     

Leave a comment